Hal ini dikemukakan Maryam saat ia mengandung tanpa suami, karena Allah memilihnya sebagai wanita suci. Walaupun Maryam menyadari dirinya dikehendaki oleh Allah mengandung dengan cara luar biasa, tetapi ia tetap menyadari sikap masyarakat terhadapnya.
Maryam menyadari betul bahwa jika seorang wanita hamil sedangkan dia tidak punya suami sejauh yang diketahui masyarakat, maka pasti ia akan dihinakan dan diperolok-olok serta dicibir oleh mereka. Perlakuan masyarakat semacam ini tentu saja sangat menyesakkan dada yang bersangkutan, bahkan bisa pula mendorong yang bersangkutan bunuh diri.
Pengungkapan rasa gundah, malu, sedih, dan hina yang bercampur aduk dalam diri seorang wanita yang hamil danpat suami secara tepat lagi jitu dinyatakan oleh Maryam pada ayat di atas tadi. Maryam yang dikenal masyarakatnya sebagai seorang perawan suci dan sehari-hari hidup dalam lingkungan keluarga Nabi Bani Israil, sangat merasakan stress yang amat berat.
Sebab ia, memang diketahui oleh masyarakatnya belum bersuami; dan kini menghadapi kenyataan bahwa dirinya hamil, sedang masayrakat tidak pernah mendengar dan mengetahui dirinya punya suami.
Menghadapi kenyataan pahit seperti ini Maryam berangan-angan untuk mati saja sebelum ia melahirkan bayi yang Allah taqdirkan akan muncul tanpa ayah. Memang Maryam tidak mengatakan lebih baik bunuh diri daripada menanggung malu di tengah masyarakatnya selama hidup.
Hal itu tidak akan ia lakukan, karena dia adalah seorang wanita muslimah yang sangat taqwa kepada Allah, namun ia tidak ingin menanggung malu yang telah dibayangkannya pasti akan menimpa dirinya. Akan tetapi, Allah berkehendak untuk tetap meneruskan ketetapanNya walaupun manusia sejagat terheran-heran, bahkan menuduh Maryam sebagai perempuan serong.
Demikianlah, suasana batin seorang wanita hamil tanpa suami. Ia akan terlanda stress yang amat berat. Ia ingin mengasingkan diri ke tempat lain, sehingga menjadi orang yang terlupakan oleh lingkungan yang mengenalnya selama ini. Ia ingin berada di tempat sunyi yang jauh dari teman karib dan tetangganya agar dapat mengubur rasa hina yang melekat erat pada dirinya. Keadaan semacam ini tetap berlaku sampai sekarang dalam lingkungan masyarakat yang beradab dan bersih sifat kemanusiaannya.
Kalau di suatu masyarakat para wanitanya yang hamil tanpa suami tidak lagi merasa malu, terhina dan sesak dadanya, maka hal itu pertanda moral masyarakatnya telah rusak, hilang kesucian kemanusiaannya, dan menjadia sekelompok kawanan srigala yang hanya mengenal kepuasan syahwat dan dorongan hewaniah. Na'udzubillah, semoga Allah memeliharta kita jauh dari moral masyarakat hina seperti itu.
No comments:
Post a Comment